Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pramoedya Ananta Toer
Waktu saya kecil saya sangat terbiasa
menulis buku harian, menceritakan segala kegiatan yang saya lalui hari demi
hari. Tak hanya itu saja catatan momen penting seperti perayaan ulang tahun,
dihukum guru, atau suka dengan teman sekelas semua saya tumpahkan di buku
harian tersebut. Saya baru menyadari ternyata kegiatan tersebut membawa manfaat
yang cukup banyak hingga detik ini.
Namun saat ini rasanya sulit menemui
anak-anak yang gemar menulis buku harian seperti saya dulu. Umumnya tangan
mereka gunakan untuk memencet papan keyboard komputer atau gadget miliknya.
Padahal menulis dengan tangan mempunyai banyak manfaat positif bagi anak
seperti meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, meningkatkan
kepercayaan diri, melatih intropeksi diri, dan kemampuan membaca.
Pernah gak sih kita merasa dengan
semakin jarangnya frekuensi kita menulis
dengan tangan maka tulisan tangan kita menjadi tak karuan dan tangan menjadi
kaku. Itulah mengapa menulis dengan tangan menjadi latihan motorik hingga usia
tak terbatas. Saat anak masih kecil ajarkan cara memegang pensil, langkah awal
dini ini juga melatih sensor motorik tangan.
AYO
MENULIS BERSAMA SIDU
Informasi serupa tentang manfaat
menulis dengan tangan juga saya dapatkan saat acara talkshow Membangun Generasi
Cerdas Indonesia melalui kebiasaan menulis, 8 Mei 2018 di The Icon, Morrisey
Hotel Jakarta bersama Sinar Dunia dan The Urban Mama. Talkshow tersebut bertujuan untuk membangun kebiasaan menulis
untuk meningkatkan kompetensi anak serta peran orangtua dan guru untuk
menumbuhkan kebiasaan tersebut.
Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, Nurma Siagian pakar edukasi anak sekaligus
koordinator program pendidikan Wahana Visi Indonesia dan mitra dari NGO
Internasional, Melly Kiong, praktisi 'Mindful Parenting', Martin Jimi, Domestik Businessman Head- BU Consumer
Asia Pulo&Paper (APP) Sinar Mas, Fayanna Ailisha, penulis cilik anggota komunitas kecil-kecil punya karya
(KKPK) yg telah mempublikasikan 42 novel saat ini berusia 13 tahun.
Ibu Nurman Siagan memaparkan hasil survei 3 tahunan dari Programme For International Student
Assessment (PISA) 201 yang
dikeluarkan oleh Organisation for Economic
Cooperation and Development (OECD) bahwa
ternyata Indonesia berada di peringkat 60 dari 72 negara dalam kemampuan
menulis., duuh miris yaa. Kegiatan menulis khususnya menulis tangan sangat
mendukung anak untuk menguasai huruf dan fonemik, memperkaya kosa kata, dan
meningkatkan kemampuan anak menangkap pelajaran. Sayangnya saat ini di
Indonesia tradisi menulis dengan tangan melemah seiring berkembangnya
penggunaan gawai.
Ibu Melly Kiong sharing pengalaman pribadinya dalam mendidik anak-anaknya lewat
menulis. Menurut Ibu Melly Menulis merupakan cara berkomunikasi yang
sangat baik antara anak dan orang tua , " Melalui tulisan sederhana anak,
orang tua dapat melihat bakat anak tersebut. Ibu Melly selalu membiasakan
memberikan pesan tulisan dalam lunch box anaknya, menempel post-it di kulkas,
dan hal tersebut menjadi inspirasi untuk anaknya membalas pesan-pesan yang bu
Melly sampaikan dengan surat balasan dari anaknya.
Yang tak kalah
memberi inspirasi adalah hadirnya Fayyana Ailisha yang masih berusia 13 tahun namun sudah mengeluarkan karya
sebanyak 40 novel. Waaaw hebat! Awalnya Fayyana mengikuti lombva cerpen
pada usia 8 tahun dan menjadi juara ke 2. Semenjak itu ia bergabung dalam
Komunitas Kecil-kecil Punya Karya (KKPK). Menurut Fayyana dengan menulis ia
dapat berfikir secara kreatif dan terstruktur.
Berangkat dari ingin
menumbuhkan kembali semangat kebiasaan menulis dengan tangan pada anak, SiDU
membuat gerakan “Ayo Menulis Bersama SiDu” sejak April 2018. Menurut pak Martin
Jimi selaku Consumer Domestic Business Head SiDU gerakan ini nantinya
diharapkan akan berpengaruh positif terhadap peningkatan potensi anak
Indonesia.
Gerakan “Ayo Menulis
Bersama SiDU mencangkup pemberian buku latihan menulis anak, serta pendamping
yang melibatkan orang tua dan guru secara intensif dengan modul yang
berlangsung selama 21 hari. Mengapa harus 21 hari? Karena berdasarkan hasil
study bahwa kebiasaan baru dapat dibentuk dengan rutin melakukannya selama
minimal 21 hari.
Jika sekolah anak
kita ingin mengikuti program kegiatan yang bermanfaat ini bisa mengisi form
pada laman http://ayomenulis.id.
Jadi yuk mari
sama-sama kita dukung kegiatan yang bermanfaat untuk anak-anak kita ini!
terima kasih yaa sudah mampir di blog saya!
Be First to Post Comment !
Post a Comment