Halo..halo.. selamat hari kamis! Yeaaay
saya happy banget karena besok long weekend. Kamis ini seperti biasa saya sama
Silva suka dadakan nentuin tema yang mau kita tulis di #whenmommiestalk. Baru
WA tengah malem nanya mau nulis apa dan Silva kepikiran tentang BODY SHAMING. Sebagai
korban bullying dari jaman SD masalah body saya langsung setuju untuk membahas
masalah ini.
Dulu waktu saya masih duduk di
bangku sekolah dasar, saya salah satu korban bullying. Banyak banget panggilan
saya dari mulai jayko, kuntet, gembul, dan panggilan lainnya. Sikap saya? Yaa karena
saya orangnya rada cuek ya cuekin aja walau sebenarnya dalam hati kecil saya
ada perasaan sedih tapi saya coba lihat diri saya sendiri. “yaa emang gw
gendut, yaudalah.” Hal itu terjadi sampai saya duduk di bangku SMP namun ya gak
terlalu parah seperti waktu SD. Sampai saya pernah punya pikiran “kalau gw
kurus nanti gw bakal punya pacar kali ya”, iya secetek itu pikiran saya saat
remaja. Masa SMA saya masih dilewati dengan panggilan “mbull” tapi buat saya
itu jauh terlihat cute. Beruntungnya saya tidak sampai tahap depresi menghadapi
bullyan tersebut atau bahkan jadi korban bulimia.
Terkadang kita tidak sadar
mengomentari tubuh orang dengan seenaknya tanpa memperhatikan perasaan orang
tersebut.
Teman lama yang sudah lama gak
ketemu sekalinya ketemu komennya hanya
“Yaa ampuuun tambah LEBAR AJA LO!”
damn, itu mau ketemu silaturahmi
apa mau ngebully?! Banyak ga sih yang pernah ngerasain hal kayak gitu? Saya sih
sering banget. Lain cerita sih kalau temen itu ya sahabat kita sendiri, orang
yang udah tau luar dalem kita kayak apa, karena kadang memang diri kita butuh “pecutan”
untuk lebih memperhatikan serta menghargai tubuh kita atau kadang orang-orang yang melontarkan komentar seperti itu hanya mau basa-basi dan gak ada bahan obrolan. Ciyan :(
Jadi apa sih sebenarnya body
shaming itu?
Body shaming merupakan bentuk dari tindakan mengomentari fisik, penampilan, citra diri seseorang secara negatif. Seperti menyinggung ukuran tubuh atau berat badan orang lain.
Mirisnya body shaming ini
terkadang dilakukan oleh sesama perempuan, bukan laki-laki.
Mungkin banyak dari kita yang
hanya bermaksud bercanda, padahal gak semua orang dapat menerima candaan kita.
Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik buat orang lain. Mungkin mereka
yang menerima body shaming bisa saja sakit hati lalu tidak makan berhari-hari.
BAPER? Gak juga kok karena hal itu memang bisa saja terjadi pada siapapun.
Kalau saya sih dikomentarin gendut bukan gak makan yang ada malah tambah makan
mulu karena saya tipe orang yang kalau stress larinya kemakan. :p
Body shaming juga datangnya ga
dari luar aja tapi juga bisa datang dari dalam diri sendiri. Kadang ada orang
yang ngerasa gendut banget padahal ya Allah menurut saya sih dia gak gendut,
ideal-lah berat badannya tapi sibuk setiap hari bilang “aduh gw gendut banget”
huuuft! Banyak efek negatif dari si body shaming loh gaes, dari mulai ancaman mental seperti stress, bulimia, sampai anorexia.
Ohya jangan dikira yang gendut
aja yang jadi korban body shaming, orang-orang kurus juga bisa jadi korban.
Kadang sering mendapat komen “ yaampun kurus banget badan lo kayak cacingan!”
atau komen lainnya. Silva pernah juga kok jadi korban body shaming.
Pernah loh saya juga punya
pikiran “enak ih jadi Silva, bodynya singset, pake cantelan baju apa aja enak
diliatnya.” Nah ini saya sudah masuk kategori body shaming terhadap diri
sendiri nih. Heuuuu!
Having a little fat in your belly or strongly seen collar bone doesn’t
mean you are ugly.
Apalagi seperti ibu-ibu macam
saya yang setelah 2 tahun melahirkan. Sudah mulai mendapat goncangan, “udah gak
nyusuin kok masih gendut? Jaga badan dong!” iyaa iya tenang bu, sini juga udah
mulai ikutan zumba tapi bukan karena ibu tapi karena saya pengen jadi lebih
sehat dan kembali ke BB awal itu bonusnya.
Perempuan baru melahirkan menurut
saya luar biasa, setelah dia berjuang untuk 2 nyawa dalam hidupnya lalu
mengalami tuntutan untuk kembali ke standar penampilan awal. Tubuh perempuan
itu proses hidup menurut saya, selulit dan stretchmark adalah guratan
KEBAHAGIAAN. So stop body shaming!
![]() |
pic from pinterest |
Dengan menerima tubuh diri sendiri dan bersyukur, setidaknya kita bisa menghindari body shaming ini. Kita akan cenderung lebih berhati-hati untuk berbicara dan menghargai orang lain. Kita jadi punya pikiran yang positif dan inner beauty lebih memancaar. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau gengs, tapi rumput halaman sendiri perlu dirawat, disayang, diperhatikan, dan dihargai.
Seiring dengan bertambahnya umur
semoga ucapan, ketikan tangan, dan pikiran juga berjalan beriringan dengan
kedewasaan. So gaes stop body shaming because is part of bullying and nobody
deserves to be bullied.
Be First to Post Comment !
Post a Comment