Saya sama Silva sempat bingung
kamis ini mau nulis apa setelah kamis kemarin kami bolos nulis hehehehe. Sampai
kemarin akhirnya mentok gak tau mau nulis apa dan akhirnya kami menyuarakan opini
atau pendapat pribadi serta protes kami mengenai event kontroversial yang
kemarin ramai diperbincangkan, yaitu #makanmayit.
Sehabis melihat hestek tersebut
saya gak makan seharian, serius! Gak tahu rasanya mual banget dan terus inget
sama foto-foto yang ramai beredar. Duh, saya gak tega masang foto-fotonya di
blog ini, silahkan google sendiri. Tapi saya penasaran apa sih maksud dari ini
semua, tujuannya apa, berangkatlah saya menggali informasi.
BACA PUNYA SILVA
#MAKANMAYIT DAN KARYA SENI
BACA PUNYA SILVA
#MAKANMAYIT DAN KARYA SENI
Natasha Gabriella Tontey seoarang
seniman muda berbakat, 27 tahun. Tontey masuk dalam 10 seniman muda Indonesia
paling bersinar versi Detikcom. Sejak 2008, ia pernah terlibat dalam berbagai
pameran antara lain : Glosarium, Galeri foto jurnalistik Antara (2008), Body
Festival, Ruang Rupa (2013), dan Youth of today.
(ternyata kita masih seumuran
sis!)
Proyek seni yang ia garap kali
ini bertema “little shop of horrors”, dimana mempertunjukan jamuan makan malam
bertajuk #makanmayit yang mengangkat tema kanibalisme dan ternyata Tontey atau @roodkapje ini telah dua kali
menyelenggarakan event serupa, makan mayit yang kedua.
Menu yang disajikan ada makanan
menyerupai fetus (janin yang gugur), puding bayi kecil berwarna merah segar,
roti tete yang kabarnya terbuat dari bakteri ketek bayi, keju yang diklaim
terbuat dari ASI murni yang ia dapatkan dari salah satu temannya sebagai
donatur ASI, sup kuping bayi, otak bayi berlumuran darah segar. Duh udah gak
sanggup nyebutinnya lagi,huuuft!
Lalu undangan yang datang duduk
di meja panjang lalu bersama-sama menyantap hidangan tersebut. Saya SHOCK! Kok isooo
yooo?
Pertunjukan seni makan mayit ini
konon sudah melewati proses riset yang panjang tapi yang saya sesalkan kenapa
sang seniman sempat mencatut nama AIMI Jogja dan gak tahu kalau asosiasi tersebut
ada di Indonesia dan berbadan hukum. Akhirnya Tontey sang seniman
mengklarifikasi dan melakukan permintaan maaf kepada AIMI Jogja.
Yang masih bikin saya bingung
sampai saat ini kenapa sih harus menggunakan ASI dan bayi sebagai objek karya
seninya yang mengangkat kanibalisme ini? Kenapa gak pake objek tubuh koruptor
aja. Saya memang gak ngerti seni, gak artsy, gak asyiquelah. Sempat melontarkan
komen di IG sang seniman, lalu orang-orang yang pro berkata kami-kami ini yang
protes adalah emak-emak baperan. Laaah emang kalau jadi emak-emak gampang baper
dah! Anak sakit aja emak baper, merasa bersalah, endesbre endesbre. Terus
disuguhi pertunjukan seni semacam ini ya bapernya tingkat dewa.
Kami empati dan memikirkan nasib
para perempuan lain.
Perempuan yang sedang
memperjuangkan kehadiran malaikat kecil dalam hidupnya
Perempuan yang sedang
memperjuangkan ASInya
Perempuan yang harus menguatkan
diri ketika kehilangan janinnya
Saya sebagai perempuan yang
mengalami baby blues dan mastitis melihat ini hati saya sedih, lalu berpikir
bagaimana nasib perempuan yang mengalami post partum depresion melihat ini? Secara
psikologis dia sedang tidak baik, bisa saja kan hal ini ditiru oleh si ibu yang
terkena PPD akut dan menggugah sisi kanibalisme seseorang. Sudah banyak kan berita ibu bunuh anak karena PPD, jangan sampai hal itu terjadi lagi. :((((
Kalau dirunut lagi donor ASI itu juga
gak sembarangan. Donor ASI dilakukan dengan berbagai pertimbangan mulai dari jenis kelamin anak, riwayat kesehatan ibu seperti alergi, mengkonsumsi alkohol atau tidak, merokok. Dalam agama sendirikan sudah jelas tentang aturan saudara sepersusuan
seperti apa. Apakah hal ini juga sudah dipikirkan secara matang ketika membuat
karya ini?
ASI dan ari-ari yang disimpan di
cord blood bank itu bukan kanibalisme, bayi minum ASI selama 2 tahun ya karena
itu nutrisi terbaik yang dihasilkan oleh Ibu untuk dinikmati anaknya, itu hak
ibu dan anak.
Tentang ari-ari bayi baru lahir atau
stem cell yang ia bilang kalau sakit tinggal dimakan untuk proses penyembuhan.
Stem cellnya gak langsung dimakan kali ah, ditransplantasi, masa iya dimakan
gitu aja ari-arinya. Huuft!
Coba baca disini manfaat
menyimpan stem cell KLIK DISINI
Entahlah ASI dan bakteri keringat
bayi yang selalu digembar gemborkan untuk karya seni Tontey ini asli atau hanya
sebuah gimmick saya masih belum dapat jawaban pasti karena seperti yang kita
tahu dari beberapa media jika ada pertanyaan ini, jawaban dari Tontey gak
mbulet.
So, saya mengharapkan kedepannya
tidak ada event semacam ini lagi, karena kabarnya event serupa akan digelar di
Jogja. Hal ini juga sudah mendapat teguran keras dari ibu mentri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Yohana mengenai event ini. Saya
gak melihat “pesan” yang mau disampaikan
ini nyampe kepada para undangan yang hadir kemarin, rata-rata mereka hanya
posting keseruan eventnya saja dan tidak bertanggung jawab dengan keramaian
yang dibuat, hanya ingin terlihat keren dan sok artsy aja.
Saya sudah menandatangi petisi
ini sebagai bentuk protes dan kepedulian saya
Jadi yg kemaren rame itu event makanmayit yg kedua kah? Yg pertama kok gak ketauan ya
ReplyDeleteSetujuh sama petisinya
ReplyDeleteAku juga miris, jijik, iw banget liat foto2nya Mba', padahal masih banyak deh kayaknya objek seni yang lebih bagus, heran deh kenapa mesti nyari yang aneh-aneh gitu.. :(
ReplyDeletesaya juga tanda tangan petisinya mba.. sedih ya untuk acara seni yg dibuat seniman hebat tapi kok rasanya kayak kurang riset. Masa iya bayi menyusu disamakan dg minum darah :(
ReplyDelete