Tiap orangtua pasti ingin
memberikan yang terbaik untuk anaknya, apalagi kalau anaknya baru satu. Ada
yang jor-joran banget kasih segala mainan ke anak, ditambah embel-embel “mainan
edukasi” pasti segala rupa dibeli *eeeh apa itu saya aja yaak :D
Tapi makin kesini saya semakin
sadar, bahwa yang Arsyad butuhkan bukanlah mainan yang seabrek. Lagipula arsyad
belum genap 2 tahun jadi masih suka bosenan sama mainan, dia belum punya
semacam mainan kesayangan. Yang Arsyad butuhkan dari orangtuanya adalah
kehadiran yang sepenuh hati dan sepenuh tubuh ketika bermain bersama. *cieeeh
uhuuuy
BACA PUNYA SILVA
Yaa memang sih dari dia bermain
dengan mainannya disitu dia jadi belajar, melatih motoriknya baik itu motorik
halus atau kasar. Mainan yang pertama kali saya beli untuk Arsyad adalah boneka
sheahorse dari fisher price dan sukses sampai sekarang masih suka nemenin dia
tidur. Masa anak cowok dikasih boneka? Yaa emangnya gak boleh? Boneka itu sukses
menjadi teman tidurnya hingga detik ini walaupun sudah bau iler. :p
Jadi ada berapa mainan yang
Arsyad punya? Serius ini bisa dihitung dengan jari karena pada akhirnya saya
mensortir beberapa mainannya karena saya gak mau dia gak punya connection atau rasa memiliki sama
mainannya. Saya gak mau dia tumbuh seperti saya yang punya keturunan agak-agak hoarder sama barang. Saya pengen dia
seperti ayahnya yang sangat sayang dengan mainan-mainan masa kecilnya.
Saya agak surprise waktu mertua
memberikan mainan robot-robotan suami saya waktu kecil. Mainan itu masih
tersimpan dengan apik dan akhirnya bisa diturunkan ke Arsyad. Gak hanya mainan
bahkan buku-buku ensiklopedia masa kecil milik suami saya masih ia simpan
dengan baik.
Sebelum saya memutuskan untuk
mensortir mainan Arsyad, saya sering memperhatikan ketika ia bermain dan
dihadapkan pada container mainannya, dia akan terbalikin container mainannya
lalu dia awur-awurin semua mainannya *bunda lelah naak
Jadi dia mainnya ya asal gitu, ga
ada bondingnya ke mainan. Beda cerita kalau dia hanya dihadapkan dengan
beberapa mainan, misalnya truk pasir, remote fisher price, dan sekop dia akan
lebih meresapi permainannya.
Coba deh perhatiin meskipun anak
kita punya mainan 1 container pasti yang kita liat kan anak kita bosen nih
padahal aslinya mah kita orangtuanya yang bosen lihat dia mainannya itu
lagi-itu lagi. Jadi yaa kita terus-terus- dan terus beliin mainan yang baru
buat anak kita padahal si anak lagi mencoba attach
sama si mainan tersebut.
Saya sih sekarang lebih kearah
yang membatasi mainannya. Setiap dia mau bermain yaa dikeluarin aja beberapa
mainannya, nah sisa mainan yang lain ya disimpan dengan rapi. Yang saya rasain
Arsyad jadi lebih fokus ke mainan yang akan dimainkan satu persatu. Lagian udah
banyak mainan saya juga masih heran karena dia lebih tertarik sama kabel
chargeran, panci, dompet kartu, dan obeng di rumah. Jadi yaa kadang-kadang itu
yang dimainin sama dia di rumah. :D
Nah intinya apa? Ya kalau saya
sih intinya lebih ingin membatasi mainan yang Arsyad punya. Beli mainan sah-sah
aja kok tapi yang paling penting adalah kehadiran kita sebagai orangtua saat ia
bermain.
Kalau kalian gimana?
*lain lagi kalau soal buku anak
sih soalnya saya masih agak-agak hoarder,
mari bertaubat!
Kalau saya berpendapat, percuma membelikan anak mainan kalau orangtuanya nggak mau ikutan main. Itu aja, jd saya tetep belikan anak mainan dan saya ikutan main nemenin seolah2 saya teman sebayanya
ReplyDeleteSaya termasuk anak yang dulu pas kecil ga punya banyak mainan mbak.
ReplyDeleteKayanya banyak yang berakhir di tempat sampah karena saya preteli. Hehehe...
Buku juga, sampai lecek dan sering diguntingi gambarnya. Jangankan diwariskan ke anak, ke adek aja uda ga berbekas. Jadi salut banget kalau suami mbak masih punya mainan jaman kecil...
Iya mba yang terpenting ortunya menyempatkan ikut main. Ponakan saya cowok juga punya boneka 😁 binatang dan tokoh kartun sih.
ReplyDelete