Harusnya topik ini kita publish
kamis kemarin, tapi karena Arsyad di opname karena DBD jadi deh saya dan Silva
absen postingan #whenmommiestalk minggu kemarin. Sungguh minggu kemarin adalah
minggu yang luar biasa yang saya jalani. Baru kali ini lihat anak sakit
diinfus, setiap hari harus ambil darah, saya sebagai bundanya harus tetap
terlihat kuat walaupun dalam hati mau nangis liat dia setiap hari ketemu jarum.
Apalagi pas trombosit Arsyad menginjak di angka yang cukup drop 48.000 kemarin,
duh bener-bener gak bisa tidur, gak nafsu makan, dan gak pengen melakukan
kegiatan apapun selain ada disamping dia.
Jadi anak, ibu, dan seorang istri
gak semudah apa yang saya bayangkan butuh effort untuk menyeimbangkan
peran-peran tersebut. Bertransisi dari menjadi diri sendiri lalu Allah
menambahkan gelar baru mengijinkan saya menjadi istri dan tak lama kemudian
menjadi ibu. Sejak jadi ibu rasanya saya
banyak mengesampingkan si “diri sendiri” bertransisi menjadi sosok ibu yang
terbaik versi saya. Mengupayakan segala hal yang terbaik untuk suami dan anak
sampai lupa untuk memperhatikan diri sendiri. Ya saya butuh “me time” menjaga
kewarasan tubuh dan batin. Kalau ada yang bilang lebay biarin aja deh, tapi itu
yang saya rasain.
BACA PUNYA SILVA
Me time menurut saya ritual
penting bahkan masuk dalam jajaran kebutuhan pokok versi saya. Me time bukan
berarti mengesampingkan kodrat kita sebagai ibu atau seorang istri kok. Ini hanya penyeimbang agar seorang ibu/istri juga terpenuhi
kebutuhannya untuk merecharge diri agar kembali bersemangat menjalani
rutinitasnya. Karyawan, wisraswasta saja butuh cuti atau liburan kan? Nah sama
seperti halnya seorang ibu, ia juga butuh sejenak menenangkan diri dari segala
rutinitasnya.
Sebelum menikah saya dan suami
berkomitmen agar kami tetap punya waktu me time-nya sendiri. Suami yang suka
olahraga saya masih beri kesempatan untuk bermain futsal, bulu tangkis bersama
teman-teman kantornya, atau saat di rumah Arsyad sudah tidur kadang ia ijin
main game total football manager :D. Begitu juga dengan saya, me time saya gak
harus mahal atau harus plesiran. Me time saya cukup dengan mandi bisa lama
tanpa gedoran atau rengekan Arsyad, makan dengan tenang tanpa tiba-tiba Arsyad
datang dan pup, nyalon, nge-blog, pergi ke supermarket sendiri beli bahan buat
bekal suami ke kantor aja saya mah udah happy banget.
Me time itu sangaat amat penting
buat ibu rumah tangga ataupun ibu bekerja. Memang sih ada sebagian dari ibu
yang dengan mengurus anak saja sudah menjadi me time. Tapi itu bukan alasan
untuk menjudge satu sama lain loh. Tiap orang berbeda-beda tentunya kadar
stress levelnya. Buat saya ketika saya sehat secara psikologis, tidak stres,
fresh hal ini akan berpengaruh pada kondisi seisi rumah. Gak kebayang kalau saya gak punya me time,
yang paling saya takutkan adalah saya melampiaskan kemarahan, kejenuhan saya
sama anak. Duuuh jangan sampai.
Dengan adanya me time saya
seperti mendapatkan energi baru untuk menjalani hari-hari saya.
Setuju! Me-time penting buat siapapun, termasuk yang sudah punya pasangan dan anak :)
ReplyDeleteTinggal komunikasikan dan manajemen waktu aja, supaya semuanya bisa kebagian waktunya..