Kalian
kalau suami udah tidur pules terus kalian ga bisa tidur suka ngapain? Kalau
saya sih kerjaanya mandangin wajahnya * ciiieeeeh besok uang belanja nambah
nih*
Sambil
ngeliatin mukanya, pikiran jadi ngawang kemana-mana. Yaaa jadi berfikir
seandainya situasi dirubah dan saya jadi kepala keluarga atau seorang ayah apa
jadinya ya..
Menjadi
sosok yang tertinggi dalam keluarga itu ya seorang ayah, yang merupakan kepala
keluarga dan figur yang harus bertanggung jawab atas keluarganya. Seorang
kepala keluarga dalam rumah tangga mempunyai beberapa beban kewajiban yang
harus dipikulnya, tuuuh kan kudu mantap siap lahir dan batin banget kalau mau
jadi kepala keluarga. Kepala keluarga juga bertanggung jawab atas semua
kebaikan dan keburukan dalam rumah tangganya. Tuuuh kan berat banget sis!
Kalau
ada laki-laki yang masih punya paradigma pemikiran “ tugas kepala keluarga
adalah mencari nafkah untuk keluarganya, untuk anak dan istri” udah itu thook,
wooosyaaah Nope. Itu bukan kepala keluarga. Seorang kepala rumah tangga yang
baik ga akan membatasi tugasnya hanya sebagai pencari nafkah aja, kemudian
berdiam diri dan membiarkan istrinya mengurus anak (menyuapi, mengajak bermain,
mengantarkan ke sekolah, dan lain-lain), memasak, mencuci pakaian, menyetrika,
mencuci piring, menyapu, mengepel, dan lain-lain. Kalau itu sampai terjadi,sory
agaan Istrimu bukan pembantumu. Ngurus anak ya berdua, kan kita bikinnya berdua
ya ngurusnya berdua. :p
Terus
saya bertanya-tanya kalau saya jadi kepala keluarga apa saya sanggup untuk
menanggung dosa anak dan istri? Apa saya sanggup untuk berjibaku dengan
deadline pekerjaan yang ruwet? Apa saya sanggup dengan presure yang begitu
besar di kantor lalu pulang ke rumah tanpa membawa beban pekerjaan satupun dan
terlihat ceria di depan anak dan istri?
Saya
jadi inget karya aditya mulya Sabtu Bersama Bapak..
“Saya pilih kamu. Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu. Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir dan batin. Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu. Baktimu sekarang pada saya. Itu tiga perkara yang pria minta dari perempuan.”
Baru
nulis gini aja rasanya saya mau berterima kasih banget-banget sama suami. Meski
kadang suka tidur duluan, meski kadang cuek tapi dalam penatnya masih
memberikan senyuman terbaik untuk saya dan Arsyad dan ngabisin waktu bermain
atau sekedar jalan-jalan muterin lapangan depan rumah sebelum kakinya melangkah
untuk mencari rejeki yang halal.
Kalau
dipikir-pikir kadang saya masih suka egois, ngerasa saya yang paling capek.
Udah kerja di kantor, pulang masih harus berkutat dengan pekerjaan rumah,
ngurus anak, suami. Ooh my semoga saya ga kufur atas apa yang telah menjadi
kodrat saya. Padahal tanggung jawab sosok suami jauh lebih besar.
Semoga Lelahmu berujung
magfiroh, Love you Ayah
Nice simple story yu, ditunggu kisah2 selanjutnya yaa
ReplyDeletemakasi ya bun udah mampir :)
DeleteIya, mbaa. Kadang kesel tapi lihat tangungjawab suami memang besar yaa. Makasih sharingnyaa
ReplyDeleteiya mba, makasi yaa udah mampir
DeleteSemoga menjadi ladang pahala :D
ReplyDeleteaamiiin maak, makasih yaa udah mampir
Delete